Translate

Selasa, 10 September 2013

Anak-anak Sang Waktu

waktu4 Aku Kini dan kakak kandungku Dulu, serta adikku Esok yang masih berada dalam kandungan ibu. Kami bertiga adalah bersaudara, anak-anak yang pernah dan akan lahir dari rahim sang Waktu.

Dulu, kakakku dilahirkan terlebih dahulu, dia adalah awal dari keterlanjutan dinasti keluargaku. Kata ibu, kakakku bagaikan sebuah legenda yang pernah mengukir sejarah. Tetapi pernah pula dia terjerumus ke dalam kisah hitam yang nista, sampai-sampai kehadirannya hampir saja ter-aborsi oleh sebuah keadaan. Untung saja ibuku kemudian sadar, bahwa baik atau buruk adalah suratan Tuhan, keberadaannya bukan untuk dimusnahkan, tetapi rupa ragamnya bisa juga dijadikan suatu pelajaran.

Dulu, kakakku prilakunya sudah tidak mungkin dirubah, dia hanya bisa dijadikan tanda akan pernah hadirnya sebuah peradaban. Dia adalah sebuah cermin kitab prilaku. Darinya kita tahu, bahwa kebaikan akan berbuah kedamaian, walaupun gagal, tetapi sifatnya tidaklah kekal. Darinya kita juga tahu, bahwa kejahatan betapapun lembutnya tetap selalu saja menyakitkan, lukanya hampir saja abadi, walau mungkin tetapi tetap saja sukar untuk diobati. Lalu, ketika dari itu kemudian lahir sebuah dendam, maka akan lahir kejahatan-kejahatan lain yang lebih menyakitkan.

Dulu, kakakku kisah hidupnya selalu saja bisa banyak diungkapkan, kerena dia telah hidup lebih lama beriringan dengan bertambahnya usia ibuku sang dewi waktu.

Aku, Kini baru saja lahir. Kehadiranku mungkin tidak banyak yang bisa diceritakan. Tetapi betapun aku sekuat tenaga untuk bertahan, aku kini akan tetap menjadi seperti kakakku Dulu, karena kami adalah bersaudara. Keberadaanku Kini, saat ini, juga adalah andil dari perjuangan kakakku Dulu. Kelahiranku prematur, oleh karenanya ibu selalu dekat denganku. Kehadiranku adalah singkat, tetapi ibu selalu berharap, keberadaanku akan memudahkan beliau melahirkan adikku Esok menjadi lebih mudah. Ibuku, sang dewi waktu, beliau selalu berharap agar aku dan kakakku mampu mewarnai prilaku adikku Esok, menjadi lebih indah, lebih bersemangat untuk mendobrak kebekuan masa silam, dan yang paling diharapkan agar adikku Esok mampu hadir mengubah dunia. Karena hanya itu satu-satunya harapan ibu yang sekarang usianya telah semakin renta. Hanya itu satu-satunya yang bisa beliau wariskan kepada sejarah.

Adikku, Esok adalah tumpuan harapan keluarga, karena hanya dia yang bisa diharapkan akan berubah. Sedangkan aku, Kini, meskipun masih bisa berubah, tetapi hidupku singkat. Tidak banyak yang bisa aku perbuat, tetapi apapun yang aku lakukan saat ini, atau sebentar lagi, akan sangat-sangat menentukan bagaimana adikku dilahirkan esok hari.

Adikku, Esok di sanalah kami semua menggantungkan impian. Hanya impianlah satu-satunya yang masih memberi kami kekuatan untuk tetap bertahan. Esok jika dia lahir nanti, dia akan membawa sekumpulan kertas putih yang sangat tebal. Di sanalah nanti, kami akan menulis sebuah kisah panjang yang mungkin saja bisa lebih panjang dibanding usia kakakku  Dulu. Di sanalah nanti kami bisa memberi hanya sekedar catatan, atau uraian prosa kehidupan yang teramat-amat panjang, atau bisa juga kami tempelkan foto-foto keluarga kami Dulu, Kini, Ibuku Waktu, bahkan juga mungkin foto adikku sendiri.

Tetapi kami masih saja khawatir, jika saja tidak semua halaman kertas putih itu dapat kami gunakan, jika saja nanti tinta pena kami habis di tengah jalan. Tetapi apapun yang nanti akan terjadi semua sudah menjadi guratan nasib ketentuan Ilahi. Yang masih bisa kami lakukan adalah selalu bermimpi dan berdoa. Maka janganlah kita menjauh dari sisiNya. Karena jika dekat, Tuhan akan memilihkan kertas putih mana yang lebih mudah untuk dituliskan.

Kami, Dulu, Kini, dan Esok adalah anak Sang Ibunda Waktu. Meskipun lelah dan renta, beliau selalu saja berjalan. Karena ibuku, sang dewi waktu, tidak ingin kehidupan akan terhenti, kalau saja dia memutuskan untuk rehat, walaupun hanya sesaat.



sabutos.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories