Translate

Selasa, 10 September 2013

pendakian sebagai analogi kehidupan.

Seorang kawan pernah bertanya kepada saya. “apa enaknya naik gunung?apa yang lo cari diatas sana?” pertanyaan yang sedikit mengintimidasi dengan kesan yang meremehkan. Namun dengan santainya saya jawab “lebih baik situ coba-in deh, kalau pendakian pertama kapok itu tandanya situ pantasnya main Barbie”. Intimidasi balasan. Terkadang orang-orang disekitar kita seringkali meremehkan dengan hobi yang satu ini, dan sangat menjengkelkan ketika dibilang “kegemaran kok menyusahkan”. What?!ayolah kawan, mendaki gunung itu layaknya kau menjalani kehidupan. Kau akan bersedia bersusah-susah untuk mencapai kehidupan yang hakiki. Tanjakan terjal, trek berbatu terkadang pasir, akar pohon yang terkadang menghalangi jalan, tidak jarang tersangkut karenanya, jalan berkabut, jarak pandang tebatas. Semua hanya untuk satu kata, satu titik tertinggi, tanah tertinggi. Puncak. Terlebih lagi kalau kau seorang lelaki. Walaupun pendakian itu tidak melulu tentang penaklukan gunung itu sendiri, tetapi lebih kepada penaklukan diri pribadi. Sejauh mana kau mengenal diri pribadi, mental, kegigihan, stamina, kinerja otak ditengah dingin udara gunung dan sebagainya. Pendakian menggojlok semuanya.

Sebuah bangsa tidak akan kehabisan calon-calon pemimpin selama masih banyak generasi muda yang gemar jelajah hutan, mendaki gunung, dan mencintai alam raya beserta isinya. Proses pengenalan karakter manusia sangat mudah kita lihat didalam setiap pendakian. Keegoisan seseorang atau pun tingginya solideritas yang melekat akan sangat kentara terlhat. 

Keprihatinan menyelimuti bangsa ini ketika generasi muda dewasa ini lebih menyukai berjam-jam bermain game online, pergi ke mall atau pun tempat-tempat yang menjanjikan terkurasny isi dompet untuk se-onggok kepuasan sementara yang hampa. Menjadi malas untuk bersusah payah, anti sosial, tawuran, vandalisme, miskin mental dan tentunya tidak menyehatkan. Semua tidak akan muncul kalau saja para pelaku muda dewasa ini gemar mendaki gunung dan bersahabat dengan alam raya.

Saya teringat dengan iklan sabun keluarga di televisi dengan trademark “jangan takut kotor” dan sebuah iklan susu yang sangat menginspirasi “life is an adventure”. Iklan yang pertama menggambarkan satu keluarga dimana ada ibu, bapak dan anaknya yang masih kecil. Anak tersebut bermain bersama teman-temannya di sebuah tanah lapang dan mengakibatkan tubuhnya kotor akan tanah. Sang ibu terlihat tidak terlalu khawatir karena hal itu, dan dengan sigap memandikan anaknya dengan sabun yang diiklankan. Dimaksudkan agar seluruh orang tua tidak perlu khawatir akan kotor, kuman yang diakibatkan pemainan sang anak karena sudah ada penemuan abad besar kala itu. Sebuah sabun!. Dari sisi komersil, sedangkan dari sisi filosofis mungkin dengan membiarkan anak bermain dimaksudkan untuk pendewasaan diri, agar tidak takut menekspresikan diri sejak dini. Iklan kedua yang lebih menarik, beberapa orang anak kecil yang sedang bermain di sungai, hutan, batang pohon, danau dan bernarasikan dengan kata-kata yang sangat berbau petualangan. Untuk yang satu ini sudah bisa dipastikan kemana arah tujuan pembuat iklan tersebut. Sangat meng-inspirasi. Kedua contoh tersebut mungkin bisa saya anggap bahwa masih ada pihak-pihak yang masih peduli dengan generasi muda dari racun-racun peradaban yang dapat mengkontaminasi buruk.

Pendakian mengajarkan banyak hal bagi pelakunya. Kesetiakawanan, keberanian, kemandirian, dan sebagainya. Bukanlah pendaki kalau tidak setia kawan, mereka tidak egois, bukan perusak, pendaki bukanlah seorang pengecut dan bukan pendaki kalau dia tidak mandiri. Mereka mencintai alam raya beserta isinya. Terkadang terlihat lusuh, debu gunung disekujur badan, beberapa hari tidak mandi namun masih terlihat gagah, tanpa peduli seburuk apa penampilan mereka. Selama bersama kawan, alam bebas dan tas carriernya, sudah bisa rasakan kehidupan yang hakiki versi mereka. 

Bandingkan dengan kegemaran kalian saat ini. Apakah itu mengajarkan hal positif atau sebaliknya? Segera tinggalkan sebelum terlambat. Mulailah dari sekarang.



http://www.backpackerindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories