Translate

Jumat, 30 Oktober 2015

Sang Pendaki

 
 
Alkisah pada hari Jumat, 10 Mei 1996, ada 31 orang pendaki dari lima kelompok ekspedisi berhasil mencapai puncak Gunung Everest, puncak tertinggi diantara segala gunung. Tiba-tiba, sebuah badai ganas menerpa dan menghempaskan para pendaki tersebut. 
 
Di antara mereka ada seorang pendaki bernama Beck Weathers, yang jatuh pingsan di salju. Malam harinya, sekelompok regu penyelamat berhasil menemukan Weathers, tapi regu itu memastikan bahwa Weathers tidak mungkin bisa diselamatkan. Tempatnya terlalu gelap, jalannya terlampau berbahaya, dan kalau toh bisa dievakuasi, sepertinya Weathers juga akan tetap meninggal. Maka regu penyelamat pun meninggalkan Weather di tempatnya.
 
 
Namun beberapa jam kemudian, jauh di dalam dirinya Weathers merasakan sesuatu yang kemudian menyelamatkannya dari ajal, dan membangkitkan dirinya untuk menghadapi situasi yang sangat buruk. Kepada Newsweek, Weathers mengisahkan, “Saya telentang di es. Rasanya lebih dingin daripada semua yang bisa Anda bayangkan. Sarung tangan kanan saya hilang, dan tangan saya rasanya seperti terbuat dari plastik.”
 
 
Weathers mempunyai banyak alasan untuk menyerah. Dia telah menghadapi gunung itu dan kalah. Dia kekurangan bekal, kehilangan timnya, tidak mempunyai tempat berteduh, dan tidak punya kemungkinan untuk bertahan hidup. Namun, karena dihadapkan pada kematian, entah bagaimana sesuatu dalam diri Weathers terpicu bangkit untuk tetap hidup. Dengan tubuh beku, lelah, sendirian, dan setengah hidup, Weathers memaksa dirinya untuk terus bergerak, berdiri, dan menempuh kembali perjalanan yang berbahaya menuju Kemah Induk, yang hanya tampak bagaikan sebuah bintik di belantara salju yang putih.
 
 
Sebuah perasaan yang sangat mendalam menggugahnya untuk bertindak. Saat telentang di salju itu, katanya, “Saya bisa melihat wajah istri dan anak-anak saya dengan sangat jelas. Saya membayangkan bahwa saya masih punya waktu sekitar tiga atau empat jam lagi untuk hidup, sehingga saya mulai berjalan.” Meski bagi Weathers, beberapa jam berikutnya serasa seperti berabad-abad lamanya. Akan tetapi, mengetahui bahwa kalau ia beristirahat berarti mati, maka ia pun terus berjalan.
 
 
Hari semakin terang dan Weathers tersandung sesuatu yang tampak seperti sebuah batu biru. Dia beruntung, karena ternyata benda itu adalah sebuah tenda. Timnya lalu membawa Weathers ke dalam. Pakaiannya sudah kaku terbalut es sehingga mereka terpaksa meotongnya. Mereka meletakkan sebuah botol berisi air panas ke dadanya dan memberinya oksigen. Tak seorang pun berharap weathers bisa selamat. Karena situasi buruk akibat badai yang menimpanya telah mengakibatkan beberapa pendaki yang memiliki kecakapan yang jauh lebih hebat sekalipun bisa mati. Bahkan, beberapa jam sebelumnya, istri Weathers telah menerima khabar tentang kematian suaminya. Akan tetapi nyatanya, beberapa jam berikutnya, khabar tersebut diralat, Weathers masih hidup. Meski tidak ada seorang pun memperhitungkan adanya suatu unsur di dalam diri Beck weathers yang bisa membuatnya mampu bertahan dalam situasi yang begitu buruk, tetapi terbukti ia bisa selamat.
 
 
Setiap manusia—pada prinsipnya—terlahir dengan sifat “mendaki.” Siapa pun dan dengan latar belakang apa pun, kita semua senantiasa terdorong bergerak terus kedepan untuk mencapai tujuan hidup. Apakah itu dalam kegiatan bisnis, berumah tangga, kegiatan sosial, politik, hukum, budaya, organisasi keagamaan dan lain sebagainya. Secara naluri, kita ibarat para pendaki yang selalu ingin mencapai puncak. Hanya saja, dalam prosesnya mendaki, kita akan selalu dihadapkan dengan berbagai hambatan, tantangan dan kesulitan. Yang sayangnya, semuanya tidak cukup diselesaikan hanya dengan hanya menggunakan kecerdasan intelektual.
 
 
Dalam bukunya yang berjudul Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities, Paul G. Stoltz, PhD—memperkenalkan sebuah jenis kecerdasan yang disebutnya sebagai Adversity Quotient (AQ). Menurutnya, AQ menggambarkan daya tahan seseorang dalam menanggung penderitaan. Karenanya AQ menjadi penentu kesuksesan seseorang dalam mencapai puncak pendakian. Seseorang yang memiliki AQ tinggi—menurut Stoltz—tidak akan pernah takut dalam menghadapi berbagai tantangan dalam proses pendakiannya. Bahkan dia akan mampu mengubah berbagai tantangan yang dihadapinya menjadi sebuah peluang. AQ sekaligus dapat menjadi semacam tolok ukur, tentang seberapa kuat seseorang dapat terus bertahan dalam suatu pergumulan, sampai orang tersebut keluar sebagai pemenang, mundur di tengah jalan, atau malah tidak sanggup menerima tantangan sedikit pun.
 
 
Yang menarik—Stoltz menggunakan metafora para pendaki gunung—untuk menguraikan konsepnya tentang AQ. Di mana, ia membagi tiga golongan tipe manusia, berdasarkan sikapnya dalam merespon kesulitan serta perubahan-perubahan yang dihadapi:

1. Quiters, yaitu mereka yang sekadar bertahan hidup, mudah putus asa dan menyerah di tengah jalan. Orang dengan tipe ini kurang memiliki kemauan untuk menerima tantangan dalam hidupnya. Celakanya, sikapnya itu secara tidak langsung juga menutup segala peluang dan kesempatan yang datang menghampirinya, karena pada umumnya, peluang dan kesempatan seringkali terbungkus dalam bentuk masalah dan tantangan.

2. Campers, adalah kelompok orang yang berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi risiko yang aman dan terukur. Mereka cepat merasa puas, dan mudah berhenti di tengah jalan. Kelompok ini memiliki kemauan untuk berusaha dan juga sudah mencoba menghadapi masalah dan tantangan yang ada, namun mereka merasa bahwa perjalanannya hanya cukup sampai disini saja. Berbeda dengan kelompok Quiter, kelompok ini sebetulnya sudah pernah menima tantangan, sudah pula berjuang menghadapi berbagai masalah yang ada dalam suatu pergumulan pada bidang tertentu, namun karena banyaknya tantangan dan masalah yang terus menerjang, mereka akhirnya memilih untuk berhenti di tengah jalan dan berkemah.

3. Climbers, merupakan kelompok orang yang memilih untuk terus bertahan dan berjuang menghadapi berbagai macam hal yang akan terus menerjang, baik itu berupa masalah, tantangan, hambatan, atau hal-hal lain yang setiap hari selalu muncul. Kelompok ini memilih untuk terus berjuang tanpa mempedulikan latar belakang serta kemampuan yang mereka miliki. Mereka pun terus mendaki dan mendaki. Mereka adalah orang-orang yang berani menghadapi risiko dan menuntaskan pekerjaannya. Sehingga tak heran kalau hanya merekalah—umumnya dalam jumlah sanagt sedikit—yang benar-benar berhasil sampai di puncak.

Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan, bahwa orang-orang sukses tersebut memiliki tiga karakter yang sama: 

Pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, passion, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Kedua, mereka memiliki determinasi; yaitu sebuah kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan keras untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

Ketiga, mereka selalu berbeda dari orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang sama-sekali berbeda dengan orang lain pada umumnya.

Dari ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa dua dari tiga karakter orang sukses berkaitan erat dengan kemampuan menghadapi tantangan. Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Thomas J Stanley (2003), yang kemudian ditulisnya dalam sebuah buku berjudul; “The Millionaire Mind” menjelaskan hal yang sama. Bahwa mereka yang berhasil menjadi miliarder di dunia ini adalah mereka yang memiliki prestasi akademik biasa-biasa saja, tetapi mereka adalah para pekerja keras yang ulet, penuh dedikasi, dan sangat bertanggung jawab, termasuk tanggung jawabnya yang sangat besar terhadap keluarga.

Apakah Anda salah satunya? Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kita semua, khususnya generasi yang lebih muda, agar tidak mudah menyerah dan terus bangkit berjuang, hingga akhirnya berhasil menggapai manisnya kemenangan.

Jebakan Pisang



Sebuah Cerita Motivasi Tentang Kesuksesan yang insya Allah akan memberikan hikmah luar biasa jika kita bisa menerima inti dari hikmahnya dan mengaplikasikannya dalam hidu kita.
Cerita dimulai …

Tersebutlah ada seekor monyet yang hidup di benua afrika. Musim kurang bagus, sehingga makan sulit untuk didapat. Si monyet berkeliling mencari makanan ke berbagai tempat, kadang menemukan kadang juga tidak.

Sampai ke sebuah tempat, dia melihat sebuah pisang dalam sebuah wadah. Begitu menggiurkan, pisangnya sudah kuning dan besar. Pastinya enak untuk dimakan.

cerita motivasi tentang kesuksesanSi monyet pun menghampirinya, semakin dekat semakin jelas, bahwa pisang itu benar-benar pisang yang sudah matang dan harum sekali baunya.

Namun ada yang aneh, pisang itu berada dalam sebuah wadah.

Si monyet pun mencari cara, dan akhirnya dia menemukan sebuah lubang. Aha, ini dia cara mengambil pisang itu, pikirnya. Tanpa pikir panjang, dia pun memasukan tangannya untuk mengambil pisang tersebut.
Namun apa yang terjadi, tangannya sulit dikeluarkan. Dia tidak bisa mengeluarkan tangannya yang sedang mengenggam sebuah pisang. Dia mencoba berkali-kali menarik tangannya, namun tidak bisa terlepas.

Si monyet terus berkata, “saya ingin pisang ini, saya lapar”. Sambil terus menarik-narik tangannya. Namun tidak juga terlepas. Dan kejadian ini terus berlangsung, sampai datang beberapa orang manusia yang menangkapnya.

Kasihan …

Hikmah Cerita Motivasi Tentang Kesuksesan: Jebakan Pisang

Dalam hidup ini, kebanyakan kita cendrung bergantung pada sesuatu atau seseorang  dan menolak untuk melepaskannya. Kita kemudian meyakinkan diri kita bahwa bahwa kita memang membutuhkannya, tidak bisa lepas, bahkan tidak bisa hidup tanpa orang atau benda ini.

Tentu saja, bukan hanya benda atau orang. Ketergantungan manusia juga bisa kepada berbagai keyakinan dan kebiasaanya. Dia tidak mau untuk melepaskan keyakinan tertentu, padahal keyakinan itu sebenarnya membatasi hidup dia.

Kita terus memegang pada apa yang kita miliki, pada keyakinan keliru dan pada kebiasaan fisik yang buruk. Masalahnya adalah hal tersebut kita anggap aman, pasti, dan sudah biasa.
Si monyet dalam waktu lama terus memegang pisang, sebab pisang tersebut sudah ada di depan mata. Dia tidak mau melepaskan pisang, sebab dia tidak melihat pisang yang lain. 

Dia anggap, pisang yang ada di depan dia adalah nyata, pasti, dan mudah (sudah digenggaman).

Coba, jika dia seandainya mau melepaskan pisang itu, kemudian mau berusaha lagi. Mungkin, peluangnya lebih besar, untuk mendapatkan makanan lain yang justru aman bagi dia.

Apakah Anda masih berpikir mencari yang pasti-pasti saja? Apakah Anda berpikir hanya mencari yang aman saja? Apakah Anda masih berpikir mencari yang mudah dan biasa saja?
Itulah pisang yang ada di genggaman Anda. Anda bisa terjebak dan anda tidak pernah kemana-mana. Mungkin nasib Anda tidak seperti monyet yang ditangkap manusia, namun Anda akan termakan waktu hidup dalam jebakan.

Ya, jebakan itu adalah yang biasa kita sebut zona nyaman. Lepaskan diri dari zona nyaman, agar Anda bisa memasuki zona sukses. Akan tidak akan pernah bisa mencapai zona sukses tanpa meninggalkan zona nyaman. Seperti Anda tidak akan pernah menggapai pulai baru jika tidak mau meninggalkan pulau lama.

Lepaskan Pisang Anda

Satu-satunya cara untuk bisa melampaui tempat di mana Anda berada sekarang ini adalah berkeinginan melepaskan hal-hal, orang-orang, kebiasaan-kebiasaan, dan kepercayaan-kepercaya yang membuat Anda tetap berada di tempat yang sama, bukan tempat yang Anda inginkan.

Maukah Anda melepaskan pisang Anda, atau tetap yakin bahwa Anda membutuhkannya dan Anda tidak bisa hidup tanpanya?

Ya, perlu keberanian untuk melepaskan pisang Anda. Perlu energi dan perlu pengrobanan untuk melepaskan pisang dalam genggaman untuk mencari pisang lain. Hanya saja, pisang yang ada dalam genggaman sebenarnya hanya ilusi, belum tentu bisa Anda dapatkan. Yang tadinya Anda anggap pasti, sebenarnya tidak ada.

Melupakan pisang membutuhkan tindakan berani, keputusan berani, visi yang jelas, kepercayaan baru yang lebih memberdayakan, dan ide brilian baru.

Ambilah keputusan, susunlah visi Anda dengan jelas, bangun kepercayaan yang memberdayakan, dan carilah ide-ide brilian yang bisa Anda lakukan untuk hidup yang lebih baik.
 
 
http://www.motivasi-islami.com/cerita-motivasi-tentang-kesuksesan-jebakan-pisang/

Kamis, 29 Oktober 2015

3 Strategi Negosiasi yang Efektif




"Negosiasi yang sukses dan solid/suistainable adalah kesepakatan yang diraih tanpa ada pihak yang merasa dikalahkan."
-Reza Wahyu

Negosiasi memang berisi penawaran-penawaran dan kompromi. Kadang ada pihak-pihak yang terkait harus mengalah sampai suatu batas tertentu. Tapi yang terpenting adalah para pihak harus menemukan win-win solution, sehingga kesepakatann didapat tanpa ada pihak yang merasa inferior atau kalah.

Sebagai negosiator, tujuan utama perlu ditetapkan sebelum proses negosiasinya dimulai. Nilai yang ingin ditawar atau yang ditawarkan harus diputuskan di awal diskusi. Tuntutan yang akan diminta dan kompensasi yang siap diberikan harus dipersiapkan dari pertama kali bernegosiasi.

Maka dari itu, pengumpulan data dan informasi dini mutlak dilakukan. Lalu, sang negosiator perlu belajar prinsip-prinsip persuasi.

Taktik negosiasi yang utama adalah mengamankan posisi tawar yang lebih unggul. Dengan kuatnya bargaining power, negosiator akan memiliki jangkauan yang lebih luas dan ruang yang lebih lebar agar lebih leluasa atau fleksibel dalam bernegosiasi.


Berikut adalah strategi untuk dapat menjalankan taktik negosiasi yang utamanya bisa membuat kita memiliki posisi tawar yang lebih tinggi:

1) Memiliki Keunggulan Daya Saing
 
Dengan bargaining power yang tinggi, negosiator bisa mempengaruhi proses negosiasi ke arah yang diinginkan. Misalnya; jika kita dalam posisi penjual, kita harus memiliki minimal dua pembeli atau lebih. Dalam prinsip persuasi ini disebut prinsip validasi sosial dan prinsip kelangkaan yang membuat produk yang kita jual menjadi berharga tinggi karena tampak laku serta terasa terbatas kesempatannya untuk dimiliki.


Daya saing yang unggul juga bisa didapatkan dari nilai tambah yang tidak dimiliki pesaing, kelebihan posisi atau sumber daya, keterbatasan jangkauan serta batas waktu yang ditetapkan sebelum menerapkan ancaman kehilangan kesempatan untuk lawan. Menciptakan suatu urgensi juga dapat dibuat sebagai aplikasi prinsip kelangkaan.

Selanjutnya, negosiator mesti menggunakan prinsip rasa suka untuk menjalin keakraban dan membangun kepercayaan untuk memperlancar proses negosiasi. Kesepakatan bisa diraih lebih cepat dengan menerapkan prinsip persuasi seperti mencari kesamaan dan menonjolkan kedekatan.

2) Keyakinan Diri yang Kuat
 
Prinsip persuasi yang digunakan adalah otoritas dimana sang negosiator harus memiliki kepercayaan yang tinggi karena bersikap selayaknya seorang ahli tanpa menunjukkan rasa takut atau mengekspos kelemahan.


Kepakaran yang dipersepsikan dalam proses negosiasi bisa berupa kepemilikan wawasan dan pengetahuan yang lebih banyak daripada lawan. Negosiator perlu mengembangkan juga kemampuannya dalam bidang psikologi, meningkatkan keahlian sosial dan inter-personal, serta mempelajari prinsip-prinsip persuasi.

Bisa juga dengan memiliki dukungan dari orang atau pihak yang dianggap sebagai otoritas yang berpengaruh bagi lawan negosiasi. Penggunaan simbol-simbol, aksesoris, busana, bahasa lisan dan bahasa tubuh bisa dimanfaatkan untuk menambah kekuatan karisma dari sang negosiator.

3) Kreativitas yang Fleksibel
 
Negosiator yang baik harus siap mengaplikasikan exit strategy jika negosiasi menemukan jalan buntu. Namun, negosiator yang ulung bisa berinovasi dengan menyiapkan atau memiliki banyak solusi yang potensial tanpa perlu mengorbankan banyak poin penawaran dengan berpikir kreatif.


Kembali lagi, persiapan adalah kunci penting dalam bernegosiasi. Pengumpulan data intel dan informasi dini memang mutlak diperlukan. Segala kemungkinan harus bisa diprediksi dan dipersiapkan agar arah negosiasi tetap sejalan serta terus bisa diselaraskan dengan tujuan awal.

Perencanaan kerangka pembicaraan sebagai haluan beserta jalan-jalan pembicaraan alternatif memang mesti dituliskan sebelum pertemuan dan juga ketika proses negosiasi sedang berlangsung. Hal ini memerlukan riset yang intensif serta keahlian mendengar yang sangat fokus.

Akhirnya, seni negosiasi mensyaratkan kesabaran, jangan terlihat memaksa, manfaatkan cerita dalam memaparkan fakta, dan menjunjung prinsip sejati seperti keadilan.

Demikian, ada 3 strategi negosiasi yang efektif meski masih ada beberapa strategi utama lainnya yang juga harus diperhatikan oleh sang negosiator dalam memperoleh kesepakatan yang menghasilkan solusi yang memuaskan bagi kedua belah pihak yang bernegosiasi. Saya akan bahas beberapa strategi negosiasi lainnya di tulisan-tulisan yang akan datang. Stay tuned!



by @rezawismail

http://tipsmotivasi.com/2012/09/04/3-strategi-negosiasi-yang-efektif/

Gagal jadi karyawan, sukses jadi pengusaha !! Masuk Gan!!!!

Seorang lelaki melamar pekerjaan sebagai office- boy di istana. Staf istana mewawancarai dia dan memberi tugas membersihkan lantai sebagai tesnya. 

Ilustration

"Kamu diterima," katanya. "Berikan alamat e- mailmu dan saya akan mengirim formulir untuk diisi dan pemberitahuan kapan kamu mulai kerja."
 Lelaki itu menjawab, "Tapi saya tidak punya komputer, apalagi e-mail."

"Maaf," kata staf itu. "Kalau kamu tidak punya e-mail, berarti kamu tidak hidup dan tidak bisa diterima bekerja."

Ilustration

Lelaki itu pergi dengan harapan kosong. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan hanya dengan sedikit uang di dalam kantongnya. Setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk pergi ke pasar & membeli 10 kg tomat. Ia menjual tomat itu dari rumah ke rumah (door-to-door).

Kurang dari 2 jam, dia berhasil melipatgandakan modalnya. Dia melakukan pekerjaan ini tiga kali, dan pulang dengan membawa uang yang cukup untuk hidup beberapa hari. Dia pun sadar bahwa dia bisa bertahan hidup dengan cara ini. 

Ia mulai pergi bekerja lebih pagi dan pulang lebih larut. Uangnya menjadi lebih banyak 2x sampai 3x lipat tiap hari. Dia pun membeli gerobak, lalu truk, dan akhirnya ia memiliki armada kendaraan pengiriman sendiri.

Lima tahun kemudian, lelaki yang tekun dan pekerja keras itu sudah menjadi salah satu pengusaha makanan terbesar. Ia mulai merencanakan masa depannya bersama keluarga dan memutuskan untuk memiliki asuransi jiwa.

Ia menghubungi broker asuransi. Sang broker pun menanyakan alamat e-mailnya. Lelaki itu menjawab, "Saya tidak punya e-mail."

Sang broker bertanya dengan penasaran,"Ah anda pasti bercanda, mana mungkin anda bisa sesukses ini kalo e-mailpun anda tak punya?". Lelaki itu menjawab, "Ya saya memang tidak pintar, tapi saya telah membangun ini semua dengan impian dan kerja keras".

"Anda tidak punya e-mail, tapi sukses membangun sebuah usaha besar. Bisakah Anda bayangkan, sudah jadi apa Anda kalau punya e-mail?"

Lelaki itu menjawab, "Ya, saya akan menjadi office boy di istana"

Sahabat-sahabat terkasih, kisah inspirasi ini mengingatkan kita bahwa jangan pernah jadikan keterbatasan yang orang lain ukurkan kepada anda sebagai suatu tolak ukur keberhasilan hidupmu.




Sukses tidak didapatkan karena kita lebih mengetahui sesuatu daripada orang lain, melainkan karena kita TELAH melakukan sesuatu yang tidak orang lain ketahui. 


http://collection27.blogspot.co.id/2012/05/gagal-jadi-karyawan-sukses-jadi.html
Salam Sukses

"Kalo mau kaya, jangan pintar pintar" This share facebook

Pengusaha eksentrik pemilik Kemfood, Bob Sadino, mengatakan hubungannya dengan Edam sebatas hubungan bisnis belaka. 
Ia juga mengatakan terbuka kemungkinan kerja sama dengan siapa saja untuk membuka bisnis serupa dengannya. Namun, ia mengaku memang punya banyak kemiripan dengan Made sebagai pemilik Edam. 

Apa saja? Berikut penuturannya pada Herita Endriana dan Agoeng Widyatmoko dari majalah bisnis kita: 
Awalnya bagaimana Bapak bisa kerja sama dengan Made?

Bob Sadino
Sebetulnya terlalu cepat kalau kita bilang kerja sama. Kita harus lebih profesional dengan mengatakan suatu bentuk ikatan bisnis. Made ingin membeli produk saya, saya mau jual produk ke siapa saja. Made kalau tidak salah mulai dengan apa adanya. Kemudian dia mau cari sesuatu yang terbaik buat para langganannya. Dia dengar ada kemfoods yamg usahanya adalah membuat daging olah yang bentuknya sosis, hamburger, daging asap, dan lain-lain. Dia mendekati saya dan mengatakan, 'Bapak bisa tidak membuat hamburger khusus untuk saya?' Saya bilang gampang sekali dan saya kasih beberpa macam hamburger, coba saja mana yang paling baik. Setelah dia temukan yang terbaik, kita punya formula sendiri.

Jadi formulanya semuanya khusus?
Dari dagingnya, mayonesnya, sampai sausnya kita buatkan untuk Made. Made tinggal menyuguhkannya.

Formula dari Bapak dan Made?
Formula khusus dari saya sendiri. Ya mungkin oleh dia ditambahkan disana-sini, saya tidak tahu. Produk saus saya yang ditambah apa lagi, itu milik Made.

Ini bentuk kerja samanya eksklusif antara pak Bob dan pak Made. Jadi tidak ada kerja sama dengan bentuk seperti ini dengan pengusaha lain?
Terbuka kerja sama dengan siapa saja tapi apa yang saya jual kepada Made hanya untuk Made. Kalau ada yang ingin dibuatkan khusus hamburger lagi ya saya buat khusus untuk dia.

Made ini bukan orang pertama yang datang ke Bapak tapi dia mungkin yang pertama sukses. Anda melihatnya apa perbedaan Made dengan yang lain itu?

Saya tidak bisa menyebutkan secara spesifik bedanya apa. Tapi kemiripan sifat-sifat Made dengan saya banyak. Sebagai seorang entrepreneur dia punya kemauan yang luar biasa besar. Kemudian dia punya tekad yang bulat sekali.Komitmen, dia komit mau jual burger. Dia juga punya keberanian yang luar biasa untuk mau mulai jual hamburger dengan harga yang lumayan terjangkau. Dia juga orang yang tidak cengeng. Itu ada kemiripan dengan saya. Jadi kalau ada yang punya sifat seperti itu, bisa sama dengan Edam atau bahkan melebihi Edam.

Jadi itu faktor utama kalau kita ingin berusaha?
Tadi kan empat faktor. Anda mau, ada tekad yang bulat, ada keberanian, dan tidak cengeng. Jadi kalau mau mulai sesuatu dan memegang empat faktor ini dan terutama faktor yang terakhir yaitu tidak cengeng, saya katakan pasti akan jadi Edam. Pasti. Tidak ragu-ragu lagi. Terus bagaimana kamu mau jadi seperti Made, gampang. Datang saja ke saya. Atau kalau tidak mau bikin burger dengan merek sendiri, tahu laku atau tidak, tapi yang jelas Edam laku ya sudah pergi ke Edam. Itu saja.

Menurut Bapak, pendidikan tinggi itu penting bagi pengusaha?
Pendidikan itu racun buat saya. Saya kasih contoh. Orang dagang rata-rata cari apa. Katanya cari untung. Kalau saya bilang saya dagang cari rugi, logis tidak. Ada yang bilang tidak logis. Kemudian kalau orang dagang cari untung, apakah untung terus. Kan tidak. Kalau saya bilang tadi cari rugi, apakah rugi terus. Kan tidak. Lalu apa bedanya.

Kalau dilihat pengusaha kita banyak yang bermain untuk kalangan menengah atas dengan modal yang besar. Masih sedikit yang punya visi seperti Made. Kalau bapak lihat banyak pengusaha kita yang seperti Made.

Untuk meniru visi Edam kan tidak susah. Edam sudah ada contoh, kenapa tidak ditiru. Kalau ditanya banyak atau sedikit, saya akan jawab begitu. Tentunya Indonesia membutuhkan lebih banyak Made. 100 Made tidak cukup. Kalau kamu tidak berani, tidak akan kemana. Itu faktor kan. Entrepreneur harus punya keberanian. Keberanian mengambil peluang. Kalau saya ditanya faktor apa yang menjadi kunci keberhasilan, jawaban saya sederhana. Karena saya tidak sekolah. 

Karena saya bodoh, makanya saya berhasil. Karena kamu pintar kamu mikir dulu, tunggu dulu. Jadi ngitung. Entrepreneur itu tidak pakai hitung-hitungan begitu. Saya tidak pernah ngitung dari dulu. Saya suruh orang yang hitung. Karena saya bodoh saya suruh orang lain yang hitung. Di mana letak kepintaran saya adalah menyuruh orang menghitung. Kenapa, karena saya bodoh. Di mana letak kebodohan Anda, karena Anda pintar, jadi Anda ngitung. Jadi kita sebenarnya bolak-balik saja. Saya bisa sukses karena saya bodoh dan kamu tidak bisa sukses karena kamu pintar. Jadi tidak usah ngitung. Jalan saja. Kalau salah ya belok. Salah lagi ya belok lagi. Saya jamin orang yang belajar itu tidak bisa kaya. Saya jamin.

Jadi saran Bapak untuk calon pengusaha?
Tidak usah pakai rencana. Tidak usah mikir. Jalankan saja.


http://collection27.blogspot.co.id/2010/05/kalo-mau-kaya-jangan-pintar-pintar.html

Satu Tips Meningkatkan Kebahagiaan



Satu tips meningkatkan kebahagiaan yang utama dan telah terbukti secara ilmiah dalam bidang ilmu psikologi positif adalah; bersyukur. 

Bersyukur bukan sekedar berpikir positif dan mensyukuri saja apa yang sudah kita punya. Lebih dari sekedar berpikir positif, kita bisa berpikir negatif! Lho kok bisa? 

Berpikir negatif disini adalah sesekali membayangkan kejadian negatif yang mungkin bisa terjadi. Skenario terburuk yang bisa saja terjadi, saat kita bersama teman dan keluarga misalnya, bayangkan sekilas kalau mereka tiada. Maka, kita akan lebih menghargai keberadaan mereka. Bersyukur atas kehadiran orang yang kita cintai dalam kehidupan ini.

Saat makan, kita bisa pikirkan seandainya saja kita terkena musibah dan tidak bisa makan. 

Rumah kita terbakar atau bayangkan malah terjebak dalam badai serta kebanjiran berhari-hari. Kita merasakan sekarat karena kelaparan. Cukup sekilas saja, dan kita akan lebih mensyukuri makanan yang terhidang dan memakannya dengan lebih nikmat. 

Bahkan, lebih dari sekedar berpikir negatif kita bisa saja bertindak secara negatif. Dalam arti misalnya sengaja membuat diri menderita sesekali seperti berpuasa. Rasakan bagaimana kelaparan itu dalam beberapa hari, sehingga nanti di saat kita berbuka puasa kita akan mensyukuri betapa beruntung kita. Kita masih bisa makan sementara banyak orang di bagian dunia lain benar-benar berpuasa karena tidak ada makanan. 

Tindakan lain yang menunda kesenangan seperti sengaja tidur di lantai atau alas yang keras. Sengaja bersusah-susah dan menahan diri dalam menikmati kesenangan sederhana dalam keseharian. Hal ini selain membuat kita menjadi pribadi yang lebih bersyukur, kita juga akan memiliki kendali diri yang kuat. Kita akan bisa berdisiplin dan memiliki fokus yang lebih baik, yang akan sangat berguna dalam kesuksesan. 

Ide lainnya adalah coba berjalan pada jarak yang cukup jauh jika biasanya menggunakan kendaraan atau moda transportasi umum. Penelitian menunjukkan jika berjalan kaki selain sehat bisa meningkatkan kemampuan kognitif otak. Lalu, coba eksplorasi ide lain dan melakukan tindakan yang menyusahkan diri (untuk sementara) serta tetap lakukan visualisasi skenario buruk dalam kegiatan sehari-hari. 

Namun perlu diingat, berpikir negatif tentang suatu skenario yang tidak mengenakkan jangan sampai berlarut-larut atau keterusan. Nanti menjadi cemas, serta pribadi yang pesimis. Pikiran negatif atau membayangkan kejadian yang buruk itu hanya perlu sesekali saja dan cukup sejenak saja. Hanya sekedar mengingatkan dan membawa kesadaran, bahwa di saat ini kita baik-baik saja dan perlu disyukuri keadaan yang seringkali dianggap biasa saja. 

Juga tak perlu membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Perbandingan dan penilaian adalah permainan ego. Ego yang selalu tidak puas dan menginginkan sesuatu yang lebih. Ego yang berlebihan ini justru mengurangi kemampuan kita untuk bisa bersyukur. Pisahkan ego dari jiwa, anggap pikiran sebagai alat bukan malah kita yang diperalat. 

Berbicara soal alat, ada baiknya kita menyiapkan alat tulis seperti buku catatan kecil. Tulislah beberapa hal sederhana yang bisa disyukuri di hari itu. Buat daftar kejadian atau barang yang bisa disyukuri dari pagi hari. Kerjakan setiap malam tapi jangan merasa menjadi beban, tulis sesedikitnya tiga hal saja sudah cukup untuk membuat perbedaan dan meningkatkan kebahagiaan. 

Kemudian, tidurlah dengan senyuman..

http://tipsmotivasi.com/2015/07/24/satu-tips-meningkatkan-kebahagiaan/ 

by @rezawismail

Kesadaran: Kunci Perubahan



Salah satu kunci sukses untuk melakukan perubahan dari diri seseorang adalah dengan meningkatkan dan memanfaatkan kesadarannya.

Kesadaran ibarat cahaya senter yang menerangi, untuk bisa dengan jelas melihat apa-apa yang perlu dirubah. 

Kita tidak bisa merubah sesuatu tanpa kita tahu apakah sesuatu itu ada dan memang layak untuk diubah.

Kalau kita menyadari ada sesuatu yang salah atau yang bisa diperbaiki, maka kita bisa melakukan perubahan yang sesuai. 

Perubahan memang bisa terasa sulit dan membutuhkan kerja keras.

Merubah kebiasaan yang negatif menjadi disiplin diri yang positif memang membutuhkan kerja keras, namun awal dari inisiatif tersebut dimulai dari kesadaran. 

Dan kesadaran adalah kemampuan otak untuk menyingkirkan segala distraksi, seperti emosi, untuk bisa mengamati secara obyektif dan berpikir secara jernih. Inilah yang disebut kesadaran.

Psikolog terkenal yang menginspirasi Stephen Covey sang guru manajemen efektif, adalah Victor Frankl yang pernah mengajarkan bahwa antara stimulus dan respon terdapat kebebasan manusia. 

Dalam bukunya: The 7 Habits of Highly Effective People, Covey mengembangkan prinsip ini agar kita menjadi pribadi yang proaktif.

Pribadi proaktif berarti berinisiatif dengan kesadaran untuk merespon stimulus/kejadian apapun dengan aktif sesuai prinsip-prinsip universal. Proaktif bermakna tidak reaktif ataupun pasif. 

Apapun bisa terjadi di dalam kehidupan ini, tapi kita bisa memaknainya dengan persepsi yang jernih. Dengan kesadaran tinggi.

Manusia memang bisa menjadi korban takdir yang kejam. Manusia tidak selalu bisa memilih kejadian eksternal namun ia bisa memilih bagaimana menyikapi kejadian eksternal ini. Inilah yang disebut kebebasan manusia untuk memaknai kehidupannya oleh sang psikolog besar, Frankl.

Victor Frankl mengamati dengan mata kepalanya sendiri, saat dia ikut ditangkap dan ditahan oleh Nazi, bagaimana para tahanan berperilaku menghadapi takdir yang kejam. Dengan keadaan tersiksa, beberapa orang berkelakuan seperti babi dan beberapa lainnya bisa seperti nabi. 

Ada yang yang ditunjuk menjadi ‘capo’ dan bertindak kejam kepada sesama manusia dan ada yang sukarela membantu sesama tanpa pamrih. Ada yang putus asa lalu menyerah pada nasib dan ada yang terus semangat bertahan sampai akhir. Frankl bisa bertahan sampai dia bebas dari kamp konsentrasi Auschwitz Nazi yang seperti neraka dunia tersebut.

Victor Frankl bisa bertahan hidup dan selamat dari pembantaian massal dengan menyadari bahwa dia memiliki pilihan untuk bereaksi menghadapi stimulus eksternalnya. Stimulus berupa lingkungan yang kejam dan menjatuhkan.

Frankl memilih untuk menyadari potensi besar yang dimiliki manusia. Kekuatan untuk bertahan dari penderitaan. Kekuatan untuk memilih tindakan yang penuh kesadaran. Victor Frankl malah membuat mahakaryanya di tengah-tengah musibah yang dialaminya. 

Bukunya yang berjudul Man’s Search for Meaning menjadi salah satu dari 10 buku yang paling berpengaruh menurut Library of Congress di Amerika dan menyumbangkan pencerahan dalam bidang psikologi serta filsafat eksistensialisme.

Ketika ditanya apa resepnya bisa tetap optimis untuk bertahan, Frankl mengungkapkan kecintaannya pada istrinya yang juga ditangkap namun ditempatkan di kamp yang terpisah.
Dia mempertahankan harapan untuk suatu saat di masa depan dia bisa bertemu kembali dengan istrinya. Frankl memaknai arti keberadaannya dengan cinta. Inilah kekuatan cinta.

Apa yang kita bisa pelajari dari kisah Victor Frankl ini? Kita bisa memilih untuk menyerah pada nasib atau terus bertahan dengan memberikan alasan yang berarti dalam perjuangan kita. 

Selanjutnya, kita memiliki kekuatan sejati sebagai manusia: mahluk yang berkesadaran.
Kita harus menyadari bahwa kita memiliki kebebasan berperilaku, memilih respon dengan berkesadaran. Kita bisa saja otomatis marah pada orang yang menjatuhkan kita, otomatis depresi pada kegagalan kita, otomatis takut pada tantangan yang ada. 

Otomatis disini berarti alamiah, insting, reaksi yang pasif. Namun, kita juga mampu menyadari keotomatisan ini dan berubah. Inilah yang dimaksud sebagai kesadaran sebagai kunci dari perubahan.

Kita harus sadari respon-respon instingtif kita dan merubahnya menjadi respon-respon proaktif penuh pemikiran yang positif. Kita akan dapat berkata dan bertindak terpuji, dengan menyadari pikiran-pikiran kita. 

Kita akan bisa memilih perkataan dan tindakan yang paling optimal untuk kesuksesan dan kebahagiaan kita dalam jangka panjang. Kita akan mampu menguasai emosi daripada diperbudaknya. Semua diawali dengan kesadaran.

Bagaimana cara kita bisa melatih dan meningkatkan kesadaran ini? Caranya dengan mulai menyadari nafas. Mulailah sadari nafas yang tadinya otomatis, ternyata bisa dikontrol. Lalu, setelah terbiasa menyadari nafas, kita bisa mulai mencoba menyadari pikiran-pikiran yang melintas di otak kita. 

Tidak perlu larut terbawa dan banyak menganalisa setiap pikiran yang hadir, cukup sadari dan amati. Pada akhirnya kita akan bisa menyadari emosi yang biasanya otomatis dan mengendalikannya untuk kesuksesan. 

Emosi adalah energi pendorong. Emosi merupakan elemen dasar dari motivasi.
Dan motivasi dimulai dari kesadaran…


by @rezawismail

http://tipsmotivasi.com/2012/01/28/kesadaran-kunci-perubahan/

Categories